A. Pengertian Pembelajaran
Kata “pembelajaran” adalah
terjemahan dari “instruction”, yang banyak dipakai dalam dunia
pendidikan di Amerika Serikat. Istilah ini banyak dipengaruhi oleh aliran
psikologi kognitif-wholistik, yang menempatkan siswa sebagai sumber dari
kegiatan. Selain itu, istilah ini juga dipengaruhi oleh perkembangan teknologi
yang diasumsikan dapat mempermudah siswa mempelajari segala sesuatu lewat
berbagai macam media, seperti bahan-bahan cetak, program televisi, gambar,
audio dan lain sebagainya, sehingga semua itu mendorong terjadinya perubahan
peranan guru dalam mengelola proses belajar mengajar, dari guru sebagai sumber
belajar menjadi guru sebagai fasilitator dalam belajar mengajar (Sanjaya,
2008).
Dalam istilah “pembelajaran” yang
lebih dipengaruhi oleh perkembangan hasil-hasil teknologi yang dapat
dimanfaatkan untuk kebutuhan belajar, siswa diposisikan sebagai subyek belajar
yang memegang peranan yang utama, sehingga dalam setting proses belajar
mengajar siswa dituntut beraktivitas secara penuh bahkan secara individual
mempelajari bahan pelajaran. Dengan demikian kalau dalam istilah “mengajar
(pengajaran)” atau teaching menempatkan guru sebagai “pemeran utama”memberikan
informasi, maka dalam “instruction” guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator,
me-manage berbagai sumber dan fasilitas untuk dipelajari siswa. Mengajar
merupakan bagian dari pembelajaran, di mana peran guru lebih ditekankan pada
bagaimana merancang atau mengaransemen berbagai sumber dan fasilitas yang
tersedia untuk digunakan atau dimanfaaatkan siswa dalam mempelajari sesuatu
(Sanjaya, 2008).
Pembelajaran pada dasarnya adalah
proses penambahan informasi dan kemampuan baru. Dewasa ini terjadi perubahan
paradigma pembelajaran dari yang berpusat pada guru menjadi berpusat pada
peserta didik. Pembelajaran yang berpusat pada peserta didik menjamin
terlaksananya pembelajaran bermakna para peserta didik, didorong membangun
sendiri pemahamannya, dan guru berperan sebagai fasilitator. Guru bukanlah
satu-satunya sumber pengetahuan bagi peserta didik. Sumber pengetahuan tersebut
sesunguhnya demikian banyak dan semuanya berada dalam lingkungan sekitar.
Sehingga peserta didik dituntut lebih aktif dan kreatif dalam belajar.
Kreatifitas pembelajaran matematika
di Indonesia ini perlu terus dikembangkan, karena itu matematika mesti
diajarkan secara menarik dan terhubung dengan dunia nyata sehingga siswa
senang.
Metoda-metoda dan strategi
pembelajaran yang sudah diterapkan di Indonesia begitu banyak, namun belum
optimal dalam pelaksanaannya. Sehingga guru pun masih bingung untuk menerapkan
metode pembelajaran yang baik untuk peserta didiknya.
B. Perkembangan Pembelajaran
Matematika Di Indonesia
1.
Pembelajaran
Matematika Tradisional
Pembelajaran
Matematika di Indonesia sudah lama ada jadi kita akan membahas terlebih dahulu
secara trdisionalnya. Berawal
sejak Indonesia terlepas dari penjajahan kolonial, maka mulailah berbenah diri
menyusun sebuah program pendidikan untuk rakyatnya. Matematika adalah salah
satu mata pelajaran yang diletakan sebagai mata pelajaran wajib bagi peserta
didik pada setiap tingkatan, mulai dari tingkat dasar, menengah sampai pada
tingkatan atas. Pada saat itu matematika lebih memfokuskan pada konsep hitung
dan cara menghitung. Materi-materi yang diberikan seakan sudah menjadi
konsensus pada masyarakat, sehingga jika ada perubahan-perubahan maka munculah
protes-protes terhadap pendidikan matematika.
Untuk
pertama kali yang diperkenalkan kepada siswa adalah bilangan asli dan membilang,
kemudian penjumlahan dengan jumlah kurang dari sepuluh, pengurangan yang
selisihnya positif dan lain sebagainya. Ada beberapa ciri dalam pendidikan
matematika tradisional menekankan pada hafalan daripada pengertian. Sehingga
pembelajaran matematika pada masa itu menekankan bagaimana sesuatu itu dihitung
bukan mengapa sesuatu itu dihitungnya demikian, lebih mengutamakan kepada
melatih otak bukan kegunaan, bahasa/istilah dan simbol yang digunakan tidak
jelas, urutan operasi harus diterima tanpa alasan, dan lain sebagainya. Operasi
hitung pada masa itu terfokus pada perkalian, pembagian, penjumlahan dan
pengurangan. Proses dimana melakukan operasi hitung mulai dari mendahulukan
perkalian kemudian pembagian, penjumlahan dan pengurangan. Namun pada tahun
1974 operasi hitung ini tidak lagi kuat, banyak kasus yang dapat melemahkan
pendapat tersebut.
Sedang
pada sekolah tingkat menengah materi yang diajarkan adalah Aljabar dan Goemetri
bidang. Geometri ini diajarkan secara terpisah dengan Geometri ruang selama
tiga tahun. Sedangkan yang diberikan di sekolah menengah atas adalah aljabar,
geometri ruang, goneometri, geometri lukis, dan sedikit geometri analitik
bidang. Geometri ruang tidak diajarkan serempak dengan geometri ruang, geomerti
lukis adalah ilmu yang kurang banyak diperlukan dalam kehidupan sehingga menjadi
abstrak dikalangan siswa.
Download Makalah Lengkap Perkembangan Pembelajaran Matematika di Indonesia
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Dapatkan pemberitahuan artikel terbaru di facebook? like this...
Like agar proses download lebih cepat, tunggu 5 detik SKIP ADD (pojok kanan atas)
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Download di bawah sini.
Makalah Perkembangan Pembelajaran Matematika di Indonesia (DOC)